Epistel: Filipi 1:21-30
Tuhan Memulihkan Keadaan Umat-Nya
I.
Pendahuluan
Surat
Filipi bersama dengan surat Efesus, Kolose, dan Filemon disebut sebagai
kelompok surat penjara, karena dituliskan saat rasul Paulus berada dalam
penjara. Dari kesaksian kitab Kisah Para Rasul kita dapat mengetahui bahwa ada
beberapa kali rasul itu dipenjara; di Efesus (Kis 19:1-21), di Kaisarea (Kis
24: 24-26:32) dan tahanan rumah di Roma (Kis 28:11-30). Kemungkinan rasul
Paulus menulis surat Filipi dari salah satu kota tersebut.[1]
Selain
memberitahukan tentang penderitaan yang dialaminya, surat kepada jemaat Filipi
ini dimaksudkan untuk mengingatkan jemaat Filipi agar tetap setia kepada Injil
Kristus. Jemaat Filipi dan setiap orang memang berpeluang sama seperti Paulus
dalam persoalan yang sama (Fil 1:30; 2:17-18), tetapi mereka tidak boleh takut
terhadap penderitaan yang disebabkan oleh pemberitaan Injil. Rasul Paulus menguatkan
jemaat Filipi dengan mengatakan; “Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil 4:13). Dilain pihak,
lewat suratnya, rasul Paulus juga ingin mengucapkan terimakasih kepada jemaat
Filipi karena telah menolongnya dengan berbagai pemberian dan doa (Fil 1:5;
4:10-19). Dan tidak lupa juga ia memberikan suatu kepastian tentang Injil
Kristus saat menyinggung soal hukum taurat (Fil 3:2-11). Sebab telah timbul
satu perdebatan ditengah jemaat itu, masihkah para pengikut Kristus harus
tunduk kepada taurat atau tidak. Dengan tegas rasul Paulus mengatakan bahwa
kepercayaan kepada hal-hal yang lahiriah adalah satu kerugian besar dibanding
Kristus. Kebenaran karena iman, itulah yang menyelamatkan (Fil 3:4b-11).
Terkesan sangat akrab, demikian hubungan rasul
dengan jemaat Filipi sangat dekat sekali. Ini ditandai dengan surat kepada
jemaat Filipi ini bersifat pribadi. Paulus sejak dulu memang mempunyai hubungan
yang sangat dekat dengan jemaat Kristen Filipi. Selain jemaat itu adalah jemaat
pertama yang didirikan di bumi Eropah, jemaat itu dipuji karena telah menjaga
tetap utuh dan tidak terpecah oleh karena pandangan-pandangan yang merusak
tentang iman dan perilaku Kristen (Fil 1:3-11). Hanya ada satu hal yang
memusingkan Paulus dalam jemaat Filipi. Beberapa orang Kristen sedang bertikai
satu sama lain. Paulus menyebut dua wanita yang rewel, Euodia dan Sintikhe (Fil
4:2-3).
II.
Pembahasan
Rasul Paulus tidak ingin
penderitaannya selama di dalam penjara menjadi kekuatiran yang mendalam bagi
jemaat Filipi. Ia menjelaskan melalui suratnya bahwa apa yang dia alami malah
telah berdampak positip bagi pemberitaan Injil. Bahkan ia juga dengan jelas
menyatakan dalam suratnya tentang ambisinya yang utama dalam hidupnya hanyalah
untuk selalu membawa kemuliaan bagi Yesus. Saat meringkuk dalam penjara (Fil
1:12), bahkan kematian fisik hanya untuk memperdalam pengalaman hidup di dalam
Kristus (Fil 1:21). Bagi Paulus Kristus adalah pusat eksistensinya. Di dalam
Dia terletak maksud dan tujuan hidupnya. Itu sebabnya ia mengatakan; “Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Paulus lebih menyukai
maut ketimbang penjara, namun sebaliknya ia kemudian melihat alasan yang lebih
baik mengapa Allah membiarkan dia hidup sejenak lebih lama, yakni: “supaya kamu
makin maju dan bersukacita dalam iman (Fil 1:25). Menderita demi Injil bukanlah
tanda kekalahan, melainkan tanda kemenangan. Atas dasar ini Paulus berharap
agar jemaat Filipi tidak begitu mengkhawatirkan penderitaan yang dialaminya
dalam pemberitaan Injil Kristus atau merasa gentar terhadap penganiayaan yang
menimpa atas diri mereka sendiri (Fil 1:27-30). Seorang percaya yang mengaku
hidup adalah Kristus, berarti mengaku juga bahwa mati adalah keuntungan.
Keuntungan yang berarti “kesempatan” untuk memuliakan Kristus oleh penderitaan bahkan kematian sekalipun.
Paradok antara hidup di
dunia dan kematian dalam Fil 1:23 itu bagi Paulus sebenarnya hanya untuk
memberi arti pada hidup seorang hamba Kristus selama di dunia ini untuk
memberitakan dan memuliakan Kristus (Fil 1:20). Itu sebabnya dia berpandangan
bahwa hidup di dunia ini berarti bekerja memberi atau menghasilkan buah.
Maksudnya adalah buah yang dihasilkan oleh pekerjaan menuai. Itu berarti bukan
Paulus, tetapi Kristuslah yang telah pertama sekali menabur dan menanam. Dan
sekarang ia akan menghasilkan atau mengumpulkan buah dari apa yang ditaburkan
Yesus Kristus yaitu; buah penobatan orang-orang berdosa, buah iman, buah
puji-pujian, dll.
Atas
dasar argumentasi teologis inilah rasul Paulus menasehati jemaat Filipi supaya
mereka bertekun atau tetap berjuang di dalam iman (Fil 1:27-30).
Dalam
Fil 1:27 Paulus mengatakan;”Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil
Kristus..” ini adalah suatu peringatan atau tuntutan yang harus dilaksanakan.
Kata “hidup berpadanan dengan Injil Kristus” disini diterjemahkan dari kata
politeuesthai. Kata ini sebenarnya berarti hidup atau berlaku sebagai suatu
warga negara atau kerajaan. Lewat kata ini Paulus mau mengingatkan anggota
jemaat kepada status mereka sebagai warga dari kerajaan sorga (Fil 3:20).
Bersama-sama mereka merupakan suatu polis (kota, negara atau kerajaan) dan
tiap-tiap anggota jemaat adalah warga dari polis itu. Dan oleh sebab itu jemaat
Filipi diminta supaya mereka benar-benar hidup berpadanan atau sesuai dengan
status mereka sebagai warga kerajaan sorga; bersatu, tolong-menolong, saling
menghormarti, bersama-sama berjuang melawan raja kegelapan di dalam dunia.
Perintah
hidup berpadanan dengan Injil berarti hidup berpadanan dengan Kristus. Maksud
Paulus adalah mengingatkan jemaat Filipi, bahwa mereka juga sedang berada dalam
perjuangan iman yang menuntut kesatuan di dalam Roh Kristus; sehati sejiwa
berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil. Tanpa persatuan jemaat tidak
mungkin mereka dapat teguh berdiri dan berjuang dengan baik. Terispirasi dari
prajurit-prajurit dalam medan pertempuran, rasul Paulus mengingatkan mereka
agar senantiasa teguh (steko), sehati sejiwa berjuang (synathleo) dan tidak
gentar (ptyreomai). Faktanya mereka sedang berhadapan dengan lawan
(antikeimenoi) yang adalah penentang jemaat dan penentang Injil Kristus. Hal
ini tidak perlu disikapi dengan gentar. Justeru kesatuan jemaat akan menjadi
tanda atau petunjuk keselamatan mereka satu pihak dan kehancuran dipihak lawannya.
Bagaimana itu terjadi? Sebab Tuhan Allah mengaruniakan kepada jemaat-Nya bukan
saja untuk percaya, melainkan juga untuk menderita bagi Dia (Fil 1:29).
III.
Penutup
Mengesankan sekali saat
rasul Paulus dalam Fil 1:21 mengaitkan hidup (zen) dengan kata politeuesthai (hidup sebagai warga negara). Kata politeuesthai pertama mengindikasikan jemaat Kristen
sebagai warga negara di dunia, lalu kemudian diberi arti yang baru sebagai
warga kerajaan sorga. Ini mau menyatakan bahwa orang percaya adalah memiliki dua
kewargaan dan memiliki kewajiban di keduanya. Dalam kaitannya dengan kata zen
(hidup), orang percaya sebagai warga negara harus menyadari bahwa hidupnya di
dunia ini adalah demi dan bagi kemuliaan Kristus sesuai tuntutan Injil. Dari
perspektif ini maka konsekwensi dari pemberitaan Injil berupa penderitaan tidak
akan dilihat lagi sebagai penderitaan, melainkan sebagai sukacita, kehormatan
dan keuntungan. Penderitaan adalah kesempatan memberi manfaat bagi petumbuhan
iman jemaat Tuhan. Penderitaan adalah tanda keselamatan.
IV.
Pokok-pokok kotbah
1.
Hidup adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan.
2.
Menderita demi Injil Kristus adalah merupakan
latihan iman.
3.
Penderitaan adalah sukacita, kehormatan dan
keuntungan.
Penderitaan adalah tanda keselamatan
Post a Comment