(Yeremia 31 : 35 – 37)
I. Pendahuluan
Yeremia dipanggil Allah sebagai nabiNya pada thn. 626 yaitu pada thn ke-13 pemerintah raja Yosia. Pada waktu itu Yeremia masih muda. Ia menunaikan tugasnya dalam zaman yang tragis bagi bangsa Israel, dalam zaman yang mendahului dan menyaksikan kehancuran kerajaan Yahudi. Pembaharuan di bidang agama dan pemulihan semangat nasional yang diusahakan raja Yosia telah membangkitkan pengharapan baru. Tetapi pengharapan itu hilang setelah raja Yosia gugur di medan perang di Megido pada thn. 609. Semua peritiwa tragis ini disaksikan Yeremia. Ia berkhotbah, mengancam, menubuatkan kehancuran bangsa. Dengan sia-sia ia memperingatkan raja-raja tidak berdaya yang silih berganti menduduki takhta Daud. Pemimpin-pemimpin tentara menuduh Yeremia, bahwa ia memadamkan semangat berjuang dalam hati rakyat. Sebagai akibatnya Yeremia dianiaya dan dipenjarakan. Tetapi penderitaan itu memurnikan hati Yeremia dan membuka jiwanya bagi pergaulan mesra dengan Allah. Dalan Nats ini merupakan puncak ajaran nabi Yeremia. Setelah perjanjian yang dahulu mengalami kegagalan, Yer 31:32; Yeh 16:59, dan usaha raja Yosia untuk memulihkannya ternyata tidak berhasil, maka rencana Allah mulai disoroti secara lain. Sesudah suatu malapetaka menghancurkan seluruh umat, kecuali sisa kecil, maka suatu perjanjian abadi akan diikat. Isi perjanjian yang lama tetap dipertahankan, yaitu ketaatan manusia kepada hukum Tuhan dan kehadiran Allah yang menjamin kedamaian dan kesejahteraan jasmani. Cita-cita itu terungkap dalam rumus perjanjian ini: Aku menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umatKu.
II. Penjelasan Nats dan Refleksi
Untuk
lebih memahami nats ini, kita memeriksa konteksnya. Tuhan menyatakan bahwa di
masa depan Dia akan “menabur” Israel (yaitu, menyebarkan mereka) dengan menggunakan manusia dan binatang. Dia akan menjaga Israel saat Dia membinasakan mereka dan kemudian
Dia akan menjaga mereka saat Dia membangun kembali mereka. Tuhan menyatakan
bahwa Israel tidak akan bisa mengatakan bahwa kehancuran ini adalah kesalahan nenek
moyang mereka -- bahwa mereka menanggung beban murka Tuhan
atas dosa nenek moyang mereka
-- sebaliknya, Tuhan menunjukkan bahwa tanggung
jawab ada di tangan mereka sendiri. bahu mereka karena mereka telah berbuat
dosa. Yehezkiel 18:1-20 membawa
pesan yang sama. Karena Israel gagal menaati perjanjian Allah, mereka akan
dihancurkan dan diceraiberaikan. Namun
karena perjanjian yang sama, Allah akan memulihkan dan membangun kembali
beberapa orang. Apa yang baru dari perjanjian yang Tuhan akan adakan kepada
Israel, yang akan menggantikan perjanjian Sinai yang telah umat Tuhan langgar?
Isinya masih sama: "Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku" (33b). Sama seperti benda-benda penerang yang Allah taruh di
angkasa untuk mengatur alam semesta tidak berubah, demikian pula janji Allah
bahwa Israel tetap sebagai umat-Nya
tidak berubah (35). Sama seperti manusia
tak menyelami hukum-hukum
alam ciptaan Allah, demikian juga misteri belas kasih Allah atas umat-Nya
meskipun mereka tidak setia (37). Yang baru adalah, kalau dulu perjanjian itu
dimeteraikan lewat Taurat tertulis yang ternyata terus menerus dilanggar, kini
Taurat itu dituliskan dalam hati (33a). Inilah benih hidup baru yang Tuhan
taruh dalam hati setiap orang
yang bertobat. Hanya dengan cara inilah umat Israel bisa melaksanakan Taurat dengan setia karena mengenal
dengan benar Allah, pemberi Taurat tersebut (34). "Peraturan" atau
"tatanan tetap" adalah berfungsinya alam semesta. Tuhan
mendeklarasikan bahwa Dia hanya akan membiarkan keturunan (atau benih) Israel
berhenti menjadi suatu bangsa ketika alam semesta ini berhenti berfungsi atau ketika
manusia mampu mengukur sepenuhnya pekerjaan Tuhan di alam semesta ini dengan kata lain, tidak sampai alam
semesta ini akan berakhir.
Perhatikan bahwa Allah mengatakan “keturunan Israel” dan bukan Israel
itu sendiri. Israel tetap menjadi
sebuah bangsa melalui pendirian
gereja. Segera setelah itu, Israel
dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 M. Umat Kristen yang
membentuk gereja menjadi warga negara bangsa Tuhan. Itu terdiri dari orang
Yahudi dan bukan Yahudi. “ Tetapi kamu adalah suatu bangsa yang
terpilih, suatu imamat yang rajani, suatu bangsa yang kudus , suatu umat milik Allah sendiri, supaya
kamu dapat memberitakan keagungan Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan ke
dalam terang-Nya yang ajaib; sebab dahulu kamu bukanlah seorang manusia, tetapi
sekarang kamu adalah umat Allah; dahulu kamu tidak menerima belas kasihan,
tetapi sekarang kamu telah menerima belas kasihan ” ( I Petrus
2:9-10 ). Bangsa Tuhan tidak lagi terdiri
dari satu garis keturunan fisik tetapi terdiri dari seluruh
umat manusia di dunia yang percaya dan menaati suara-Nya. “ Dan jikalau
kamu milik Kristus, maka kamu
juga adalah keturunan Abraham, yang berhak menerima janji ” ( Galatia
3:29 ).
Ketetapan Tuhan
tidak ada berubah, setiap kali kita melihat matahari saat siang serta bulan dan
bintang saat malam, kita akan mengingat bahwa segala ketetapan Allah akan
terjadi. Allah senantiasa mengingat janji-Nya. Jadi, kita tidak hanya
diselamatkan dan diikat kembali dalam ikatan perjanjian, tetapi sekaligus
dijamin oleh Tuhan sendiri. Hidup dalam jaminan Tuhan yang pasti membuat kita
senantiasa hidup tenang dan penuh keyakinan. Janji Tuhan tidak dipengaruhi oleh
kondisi kita. Apa pun yang kita alami saat ini, mungkin kita sedang sakit,
mengalami kesusahan, atau menghadapi pergumulan berat, ingatlah bahwa janji
Tuhan adalah pasti. Inilah pengharapan kita yang kuat sebagai orang percaya,
bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.
Post a Comment