wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Khotbah Minggu 12 Oktober 2025

 


Roma 1:8-15 dengan tema “Memberitakan Injil dengan Segenap Hati”

Pendahuluan

Dalam surat Roma 1:8-15, Paulus membuka dengan ucapan syukur kepada Allah karena iman jemaat Roma yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Ucapan syukur ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah penegasan akan peranan iman Kristen yang telah memberi pengaruh luas bahkan sebelum Paulus sendiri mengunjungi mereka. Iman jemaat Roma bukan hanya menjadi identitas rohani, tetapi juga kesaksian yang terdengar di tengah kekuasaan politik terbesar kala itu, yakni Kekaisaran Romawi. Kehadiran Injil di pusat kekaisaran menunjukkan bahwa pekerjaan Allah tidak terbatas pada wilayah Palestina, melainkan meluas hingga ke jantung dunia. Paulus ingin menegaskan bahwa Injil memiliki daya untuk menembus batas sosial, politik, dan budaya. Maka dari itu, pengantar ini menunjukkan keseriusan Paulus dalam membangun hubungan spiritual dengan jemaat Roma.

Konteks penulisan surat Roma tidak dapat dilepaskan dari posisi Paulus sebagai seorang rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Roma pada abad pertama adalah pusat kekuasaan politik, sosial, dan kebudayaan, di mana keberagaman agama dan filsafat berkembang dengan sangat kuat. Dalam situasi seperti itu, keberadaan jemaat Kristen merupakan fenomena baru yang menantang sistem kepercayaan yang ada, baik Yudaisme maupun paganisme Romawi. Paulus, yang saat itu belum pernah mengunjungi Roma, merasa terpanggil untuk menguatkan iman jemaat yang telah lebih dahulu menerima Injil melalui misionaris lain. Ia menekankan pentingnya kesatuan iman di bawah Injil Kristus, bukan berdasarkan perbedaan etnis atau budaya. Dengan demikian, konteks ini memperlihatkan betapa pentingnya Injil sebagai dasar persatuan umat.

Selain sebagai penguatan iman, surat ini memiliki latar politik yang sangat signifikan. Roma adalah ibukota kekaisaran yang memegang otoritas atas banyak bangsa dengan struktur sosial yang hierarkis. Kaum Kristen awal harus menghadapi tekanan baik dari masyarakat Yahudi maupun Romawi yang memandang ajaran mereka sebagai ancaman terhadap stabilitas. Dalam keadaan demikian, Paulus menyadari bahwa pelayanan Injil bukanlah tugas yang ringan, melainkan perjuangan yang penuh risiko. Ia menulis dengan nada kasih, kerinduan, dan komitmen yang kuat untuk berbagi kabar baik meskipun harus menghadapi tantangan berat. Kerinduan Paulus ini menjadi dasar bagi tema besar khotbah, yakni memberitakan Injil dengan segenap hati. Untuk itu, pendahuluan ini menekankan bahwa Injil selalu memiliki dimensi spiritual sekaligus sosial-politik.

Penjelasan Teks

Dalam Roma 1:8, Paulus menekankan bahwa ia pertama-tama bersyukur kepada Allah melalui Yesus Kristus karena iman jemaat Roma telah tersiar ke seluruh dunia. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya kesaksian iman dalam konteks dunia yang lebih luas. Pada masa itu, jalur komunikasi dan transportasi Romawi memungkinkan berita tentang komunitas Kristen tersebar dengan cepat. Kesaksian iman jemaat menjadi sebuah kekuatan yang melampaui batas-batas geografis dan budaya. Hal ini menegaskan bahwa iman Kristen bukanlah sesuatu yang tersembunyi, tetapi sesuatu yang dapat memberi pengaruh nyata di tengah masyarakat. Dengan demikian, Paulus ingin menunjukkan bahwa kesaksian iman yang hidup adalah bukti nyata kuasa Injil.

Ayat 9 menekankan kesungguhan Paulus dalam berdoa bagi jemaat Roma, yang menunjukkan hubungan spiritual yang erat meskipun secara fisik ia belum pernah hadir di sana. Paulus menggunakan istilah “Allah yang kulayani dengan segenap hatiku dalam pemberitaan Injil Anak-Nya” untuk menegaskan integritas panggilannya. Istilah ini mengandung makna bahwa pelayanan Injil bukan hanya sebuah pekerjaan, tetapi ibadah yang lahir dari hati yang penuh pengabdian. Doa Paulus mencerminkan kasih pastoral yang tulus, sekaligus menegaskan bahwa pelayanan sejati bersumber pada persekutuan dengan Allah. Maka dari itu, ayat ini menegaskan bahwa doa adalah landasan dari pelayanan Injil.

Dalam ayat 10-11, Paulus menyatakan kerinduannya untuk dapat mengunjungi jemaat Roma. Ia ingin memberikan karunia rohani agar mereka diteguhkan dalam iman. Pernyataan ini tidak dimaksudkan bahwa jemaat Roma kekurangan iman, melainkan bahwa iman mereka perlu semakin diperkokoh melalui pengajaran dan persekutuan. Paulus melihat pemberitaan Injil bukan hanya sekadar menyampaikan kabar, tetapi juga memperkuat dan mematangkan komunitas iman. Kerinduan Paulus merupakan bentuk nyata dari kasih persaudaraan yang didasarkan pada Injil. Dengan demikian, kerinduan ini mencerminkan panggilan misi yang sejati.

Ayat 12 menekankan bahwa Paulus ingin saling menguatkan iman, baik ia maupun jemaat Roma. Hal ini menunjukkan kerendahan hati Paulus yang tidak menempatkan dirinya lebih tinggi dari jemaat, meskipun ia adalah seorang rasul. Bagi Paulus, iman adalah kekuatan yang membangun melalui relasi timbal balik antara hamba Tuhan dan jemaat. Dalam konteks budaya Romawi yang sangat hierarkis, pernyataan ini cukup revolusioner karena menekankan persaudaraan rohani yang setara. Kesetaraan dalam Kristus ini menjadi bukti bahwa Injil mampu menembus struktur sosial yang kaku. Untuk itu, ayat ini menegaskan pentingnya relasi yang saling menguatkan dalam pelayanan Injil.

Dalam ayat 13, Paulus mengungkapkan bahwa ia telah berulang kali berencana untuk datang ke Roma tetapi selalu terhalang. Halangan ini bukanlah tanda kelemahan Paulus, melainkan bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Paulus percaya bahwa waktunya akan tiba untuk ia melayani jemaat Roma secara langsung. Pernyataan ini juga menegaskan bahwa pelayanan misi tidak selalu berjalan sesuai rencana manusia, tetapi tunduk kepada kehendak Allah. Dengan demikian, ayat ini menekankan dimensi providensi ilahi dalam pelayanan Injil.

Ayat 14 menunjukkan kesadaran Paulus akan kewajibannya memberitakan Injil kepada semua orang, baik orang Yunani maupun bukan Yunani, baik orang terpelajar maupun orang bodoh. Dalam konteks Romawi, pernyataan ini sangat radikal karena menentang batas-batas sosial dan kultural yang biasanya membatasi interaksi antarbangsa. Paulus menegaskan bahwa Injil adalah untuk semua orang tanpa diskriminasi, karena kuasa Kristus melampaui semua sekat manusia. Kewajiban ini lahir dari kesadaran bahwa Injil adalah anugerah yang harus dibagikan. Dengan demikian, ayat ini menekankan sifat universal Injil.

Dalam ayat 15, Paulus menyatakan bahwa ia rela memberitakan Injil juga kepada jemaat di Roma. Kata “rela” menunjukkan sikap sukarela dan penuh kerinduan, bukan keterpaksaan. Hal ini menandakan bahwa pelayanan Injil adalah panggilan yang lahir dari hati yang mengasihi Kristus dan sesama. Paulus menyadari bahwa Roma adalah pusat kekaisaran, sehingga pemberitaan Injil di sana memiliki dampak strategis bagi penyebaran ke seluruh dunia. Semangat Paulus ini menunjukkan bahwa Injil bukan hanya berita yang harus dipercayai, tetapi juga berita yang harus dihidupi dan dibagikan dengan tekun. Untuk itu, ayat ini menekankan semangat memberitakan Injil dengan segenap hati.

Refleksi/Implikasi Teologis

Bagi jemaat masa kini, Roma 1:8-15 mengajarkan bahwa iman yang sejati bukan hanya sebuah pengakuan, melainkan kesaksian yang hidup di tengah masyarakat. Dalam dunia modern yang pluralistik, kesaksian iman yang konsisten menjadi kesaksian Injil yang paling kuat. Doa, kerinduan, dan komitmen Paulus mengingatkan gereja bahwa pemberitaan Injil memerlukan kesungguhan hati, kerendahan hati, dan ketekunan. Injil harus diberitakan dengan penuh kasih dan tanpa diskriminasi, melampaui sekat-sekat budaya, sosial, maupun ekonomi. Dengan demikian, teks ini memanggil gereja masa kini untuk memberitakan Injil dengan segenap hati.

Akhirnya, teks ini mengingatkan kita bahwa pelayanan Injil adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Paulus sendiri mengalami banyak halangan, tetapi ia tetap setia dan rela memberitakan Injil kapan pun diberi kesempatan. Hal ini mengajarkan bahwa Injil bukanlah milik kita, tetapi milik Allah yang harus dibagikan kepada dunia. Dalam konteks global saat ini, di mana teknologi dan komunikasi memungkinkan penyebaran kabar baik dengan lebih cepat, panggilan untuk memberitakan Injil menjadi semakin mendesak. Dengan demikian, umat Kristen dipanggil untuk hidup dengan iman yang teguh dan hati yang rela, memberitakan Injil dengan segenap hati dalam segala keadaan.

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: