I.
Pembahasan
1.1.Pengertian-pengertian
1.1.1.
Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan dalam bahasa Yunani “ee-sot’-ace”, kata ini berasal dalam proporsi pengkondisian dengan
defenisi kata equality (persamaan), fairness (keadilan), what is equitable? (apa itu adil?).
Kata keadilan ini diambil dari 2 Korintus 8:14.[1]
1.1.2.
Kepercaayan
Kepercayaan dalam bahasa Yunani “dee-ah’” kata ini bersumber
dari sebuah preposisi utama yang menunjukkan suatu tindakan, dengan defenisi
kata through (melalui), dasar atau
alasan di mana sesuatu dilakukan atau tidak dilakukan. Kata ini diambil dari
Filipi 3:9.[2]
Kata “kepercayaan” secara etimologis (pengetahuan tentang seluk
beluk dan pergeseran arti kata-kata)[3] :
1.
Iman kepada agama, maksudnya
kepercayaan yang berkenaaan dengan agama.
2.
Anggapan (keyakinan) bahwa benar
sungguh ada, misalnya kepercayaan bahwa dewa-dewa, orang-orang halus itu
benar-benar ada atau sungguh ada.
3.
Dianggap benar dan jujur, misalnya
“orang kepercayaan” adalah orang yang berprilaku benar dan jujur.
4.
Setuju kepada kebijaksanaan
pemerintah atau pengurus.
Selanjutnya kata kepercayaan menurut istilah (terminologi) yang ada
di Indonesia dewasa ini ialah kepercayaan (keyakinan) terhadap Tuhan Yang Maha
Esa di luar agama dan bukan agama baru, melainkan bagian dari kebudayaan
nasional.[4] Dari
arti kosakata tersebut, maka pengertian kepercayaan dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu: Kepercayaan berdasarkan agama yang disebut “iman”, kepercayaan
berdasarkan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang disebut “aliran
kepercayaan”.
1.1.3.
Aksi Sosial (Pelayanan Kasih atau Diakonia Sosial)
Pelayanan kasih dalam bahasa Yunani “khar’-ece”, defenisi kata ini adalah grace (berkah), yang memberikan
kegembiraan, kesenangan, kemanisan, pesona, keindahan: keanggunan berbicara.
Kata ini diambil dari 2 Korintus 8:6.[5] Kata
“Diakonia” secara harafah berarti “memberi pertolongan atau pelayanan”. Kata
ini berasal dari bahasa Yunani yaitu diakonia
(pelayanan), diakonein (melayani),
diakonos (pelayanan). Diakonia
mencakup arti yang luas, yaitu semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan
bagi Kristus di jemaat untuk membangun dan memperluas jemaat mereka yang di
panggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa.[6] Sedangkan Sosial merupakan
dimana orang-orang menjalin kontak dan berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan dan yang terpenting dalam interaksi
sosial adalah timbal balik.[7] Maka diakonia sosial dapat
diartikan sebagai pelayanan yang dilakukan kepada semua orang dalam menjalin
hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain sehingga terjadi
hubungan timbal balik.[8]
1.1.4.
Masyarakat 5.0
Masyarakat
era 5.0 adalah sebuah konsep yang dibangun dengan berpusat pada manusia (humanistic centered) dan berbasis
teknologi. Peran manusia diarahkan kepada optimalisasi perkembangan teknologi
guna menciptakan ruang kemanusiaan yang lebih bermakna. Era masyarakat 5.0
memiliki ciri yang tidak jauh berbeda dengan era industrialisasi 4.0. Pada era
masyarakat 5.0 manusia diharapkan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan
teknologi demi mencapai kesejahteraan
yang utuh dari manusia itu sendiri.[9] Society 5.0 menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kualitas
sumber daya manusia (SDM) disegala sendi, khususnya pendidikan. Pendidikan
merupakan tulang punggung peradaban di setiap lini masa. Pendidikan juga
menjadi sentra untuk mencetak SDM unggul agar bisa bersaing di Society 5.0.[10] Dalam menghadapi society
5.0 masyarakat harus siap beradaptasi dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi
atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Sehingga masyarakat 5.0 dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan
sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi insutri
4.0 seperti internet on things (internet
untuk segala sesuatu), big data (data
dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.[11]
1.2.Teologi Keseimbanagan
dalam Kaitan Kepercayaan dan Aksi Sosial Masyarakat 5.0
Iman dan kepercayaan adalah dua kata yang seringkali
digunakan secara terpisah ataupun berpadanan. Iman kadangkadang diibaratkan
sebagai salah satu sisi dari uang logam. Sebagai mana pendapat Price yang
mengatakan, “Iman adalah satu sisi dari uang logam.”[12] Dua
kata tersebut sering muncul di dalam Alkitab. Jumlah iman pada Alkitab
Terjemahan Baru baik PL dan PB adalah 170 kata dalam 154 ayat.
Dalam 2 Korintus 8:1-15, pasal ini berisi petunjuk-petunjuk
mengenai pengumpulan persembahan bagi orang percaya yang miskin di Yerusalem.
Kata-kata Paulus berisi pengajaran yang paling lengkap tentang pemberian orang
Kristen yang terdapat dalam prinsip-prinsip yang diberikan disini menjadi
pedoman bagi orang percaya dan jemaat sepanjang masa. Karya dalam kemurahan, di
dalam pasal ini menyiapkan prinsip-prinsip dan janji-janji penting yang
menyangkut pemberian orang Kristen yang pertama kita ini ialah, apapun yang
kita punyai dipegang sebagai sesuatu yang dipercayakan Tuhan kepada kita di
ayat 5. Dan yang kedua adalah dasar dalam hati kita untuk hidup bagi Allah dan
bukan untuk uang ini bisa kita lihat juga di ayat 5 dan di dalam Matius 6:24,
yang ketiga adalah kita memberi untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuan
ini bisa kita lihat di ayat 14, 9:12; Ams. 19:17; Gal. 2:10. Meluaskan Kerajaan
Allah (1 Korintus 9:14, Filipi 4:15-18), menyimpan harta di sorga (Matius 6:20;
Lukas 6:32-35), dan belajar takut akan Tuhan. Hal memberi itu harus menurut
pendapat kita (ayat 3,12; 1 Kor. 16:2). Hal memberi itu dipandang sebagai suatu
bukti dari kasih kita (ayat 24) dan harus dilakukan sebagai pengorbanan (ayat
3) dan dengan sukarela (9:7) Dengan memberi
kepada Allah, kita tidak saja menaburkan uang, melainkan juga Iman, waktu,
pelayanan. Dengan demikian kita akan menuai iman dan berkat yang lebih besar
(ay 5; 9:6; 10-12). Ketika Allah menyediakan kelimpahan, itu adalah supaya kita
dapat melipatgandakan perbuatan baik kita (9:8; Ef. 4:28). Hal memberi
peningkatan penyerahan kita kepada Allah Matius 6:21 dan mengaktifkan pekerjaan
Allah dalam keadaan keuangan kita Lukas 6:38.
Diakonia merupakan istilah penting dalam
Perjanjian Baru yang ditunjukkan untuk Gereja sehubungan dengan pelayanan
kepada jemaat. istilah tersebut mencakup semua bentuk pelayanan sabda, sakramen
dan bantuan material. Tugas dan panggilan sebagai diakonia atau pelayanan telah dilaksankan oleh kelompok para rasul.
Tugas dan panggilan sabagai palayan bukan menjadi tugas atau tanggung jawab
para pemimpin saja, bukan pula tugas para kaum tertahbis, melainkan tugas semua
kaum beriman. Semangat diakonia terungkap dan terlaksana dalam persaudaraan
yang dibangun di antara anggota jemaat. Persaudaraan sejati secara nyata
diwujudkan dalam tindakan bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama. Mereka menjual segala miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua
orang sesuai dengan kebutuhan setiap orang (Kis. 2:44-45; 4:32-47). Diakonia
berarti kesediaan untuk saling melayani sebagai sikap dasar penikut-pengikut
Yesus (bdk. Yoh 13:12-17). Dalam hal ini, pelayanan itu diberikan khusunya
kepada mereka yang disingkirkan atau dikucilkan dari masyarakat dengan
melakukan pekerjaan kasih dan berjuang demi keadilan dan kedamaian. [13]
Perjanjian Baru juga memakai kata Diakonia untuk mengartikan pelayanan
menghidangkan makanan dan minuman bukan hanya dalam bentuk pelayanan hamba
kepada tuannya saja, akan tetapi kata Diakonia dipakai juga untuk pelayanan
tuan kepada hambanya dan pelayanan antar sesamanya (bnd. Mat. 4:11; Mrk. 1:31;
Luk. 10:40, 12:37; Yoh. 2:5). Jelaslah bahwa kata Diakonia dalam arti pelayanan
makanan dan minuman itu telah dipakai secara luas dalam masyarakat termasuk
orang-orang Kristen pada jemaat purba.[14]
Diakonia dalam
Perjanjian Baru dapat dilihat dalam kitab-kitab Injil. Salah satu nas penting
tentang diakonia dalam kitab-kitab Injil ialah Matius 22: 34-40, yang memuat
jawaban Yesus kepada orang-orang Farisi yang mau mencobainya: dimana Yesus
mengatakan untuk mengasihi Allah dan sesama manusia. Kasih kepada Allah justru
mau dinyatakan dalam kasih kepada sesama manusia. Dan dinyatakan secara
konkret: bukan dalam perasaan dan dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan kasih
dan keadilan. Tugas untuk mmberi dan melayani ini sangat kuat terdengar dalam
khotbahnya tentang penghakiman yang terakhir (Mat 25: 31-46). Di situ Yesus
mengidentifisikan dirinya dengan saudara-saudaranya yang paling hina, dan siapa
yang melayani orang-orang ini dia melayani Yesus. Dari khotbahnya ini nyata
betapa luasnya tugas Jemaat dalam bidang diakonat.[15]
1.3.Refleksi Teologis
Terhadap Masyarakat 5.0
Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat moderen yang dalam
kehidupannya dipengaruhi oleh banyak sekali aspek. Perkembangan teknologi dan
pesatnya perkembangan pengetahuan membuat banyak secali cara berpikir dari
setiap orang berubah. Terkusus dalam keaadaan saat ini terdapat banyak hal yang
membuat kehiduapan beragama, bermasyarakat serta berkehidupan sosial menjadi
tidak setara. Terkusus orang-orang yang dapat dikatakan sebagai Gaptek (kurangnya
pemahan tentang teknologi) banyak sekali ketinggalan baik di dalam meningkatkan
kualitas SDM serta perkembanagan perekonomian. Akibatnya adalah timbulnya
ketidak seimbangan yang dapat menimbulkan polemik yang sangat besar. Firman
Tuhan mengajarkan kepada kita untuk saling memperlengakapi. Dalam Galatia 6:2
dikatakan “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi
hukum Kristus.” Saling menolong dapat mengembalikan ketidak seimbanggan yang
terjadi di dalam masyarakat 5.0.
Yesus
Kristus merupakan norma dalam pelayanan Gereja. Maka Gereja harus melayani
seperti Yesus melayani. Keistimewaan pelayanan Yesus berpusat Kerajaan Allah
(Mrk 1:15, Mat 4:23; 9:35, Luk 4:43;
8:1).[16] Berdasarkan sikap Yesus
yang melayani, Yesus juga menugaskan murid-muridnya untuk saling melayani dan
untuk bermurah hati, sama seperti Bapa di Sorga (Luk 6:36). Dalam kerangka
perumpaan tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37). Siapa yang mengikut
Yesus, ia harus bersedia memberi dan melayani, sama seperti yang Yesus lakukan
dalam hidupNya.[17]
Dalam Perjanjian Baru Yesus dengan tegas mengajarkan kepada murud-muridnya
untuk memberi perhatian pada oran miskin, bahkan pelayanan Yesus memberikan perhatian
khusus kepada orang-orang miskin, orang-orang yang terasing, yang lapar dan
sakit dengan cara menyembuhkan dan memberdayakan mereka. Injil yang disampaikan
Yesus merupakan kabar baik untuk orang miskin. Injil ini memang merupakan kabar
baik dan sukacita untuk semua orang, tetapi fokus Allah melalui sejarah dan
Yesus Kristus adalah memberitakan kabar baik kepada oran miskin yan disebut
anawim yaitu mereka yan tidak berdaya baik secara sosial ekonomi maupun
politik.[18]
Dalam
2 Korintus 8:1-15 Paulus mendorong supaya jemaat di Korintus mau mendukung
pelayanan jemaat di Yerusalem. Paulus terlebih dahulu memberikan contoh kondisi
jemaat lain yaitu jemaat Makedonia, yang hidup menderita dan sangat miskin
dalam harta, tetapi dalam hal kasih mereka sangat kaya. Mereka dapat memberikan
bantuan yang melebihi kemampuan mereka (1-5).Kemudian Paulus mengingatkan
jemaat di Korintus bahwa mereka adalah jemaat yang kaya dalam segala sesuatu
maka seharusnya juga kaya dalam berbagi kasih (7). Sebenarnya jemaat Korintus sudah
berkomitmen untuk membantu jemaat di Yerusalem, tetapi mereka lalai (10-11).
Mengapa Paulus meminta mereka melakukan pelayanan kasih ini? Pertama, harta
milik kita adalah karunia Tuhan. Jika kita mampu memberi, itu adalah anugerah
karena belum tentu semua orang bisa memberi (1-5). Kedua, memberi harus belajar
dari apa yang Tuhan telah lakukan, yaitu Kristus yang kaya menjadi miskin agar
kita yang miskin menjadi kaya (9). Ketiga, memberi harus atas dorongan kasih,
bukan karena perintah atau paksaan (11-12). Keempat, pemberian kita dimaksudkan
supaya ada keseimbangan yaitu tidak berlebihan dan tidak kekurangan serta
diantara sesama jemaat ada kerinduan untuk saling melengkapi (13-15). Dari
jemaat Makedonia, kita perlu belajar bahwa memberi bukan semata-mata karena
kita kasihan kepada orang lain. Memberi juga bukan karena kita sudah merasa
berlebihan, melainkan karena mengikuti teladan Kristus di dunia ini agar
terjadi keseimbangan. Seimbang berarti seirama dalam perbedaan. Yang satu tidak
merasa lebih dari yang lain. Karena itu, mari kita renungkan dan menghitung
berkat Tuhan yang sudah kita terima. Mulailah berdoa dan mencari informasi
kemanakah kita dapat menyalurkan sebagian berkat Tuhan yang telah kita terima
supaya tercipta keseimbangan dan kita pun terberkati melalui berbagi dalam
kasih.[19]
II.
Kesimpulan
Teologi
keseimbangan dalam kaitan kepercayaan dan aksi sosial dalam masyarakat 5.0
memberikan kesimpulan antara lain:
1.
Adanya masyarakat
yang masih tertindas di tengah-tengah perkembangan zaman.
2.
Firman Tuhan
sebagai penerang jalan untuk mereka yang tertindas
3.
Firman Tuhan
sebagai pemberi pemahaman untuk
mencerminkan Kristus dalam setiap manusia dengan saling peduli dan tolong
menolong seperti yang tertilis dalam Galatia 6:2
4.
Di tengah-tengah
perkembangan zaman banyak cara yang bisa dilakukan dalam menolong orang lain
khusunya dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat
5.
Banyaknya muncul
konten-konten Rohani yang membangaun di internet yang bisa semakin meningkatkan
kepercayaan dan Iman.
III.
Daftar Pustaka
Abineno
J.L.Ch., Diaken, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2003
Bukan
Materi Pelengkap Penataran, Koordinator Team Pembinaan Penatar dan Bahan
Penataran Pegawai RI, Jakarta, 1978
Hutahaean
Wendy Sepmady, Kepemimpinan Pastoral,
Malang: Ahlimedia Press, 2021
Jeremias
Joachim, New Testament Theology, New York, Charles Scribner’s Sons, 1971
Kartapradja,
Kamil, aliran kebatinan dan kepercayaan di indonesia, Jakarta: CV. Haji
Masagung, 1986
Muvid
Muhamad Basyrul, dkk., Strategi dan Metode Pembelajaran Era Society
5.0 di Perguruan Tinggi, Jawa Barat: Goresan Pena, 2016
Noorsegraaf
A., Orientasi Diakonia Gereja, Jakarta
: BPK Gunung Mulia, 2004
Price
Frederick K. C., Cara Iman Bekerja,
Jakarta: Yayasan Perkabaran Injil\
Purwoto
Paulus dkk, Aktualisasi Amanat Agung di
Era Masyarakat 5.0, Vol.6 Nomor 1, Oktober 2021
Sinuraya
P., Diakonia GBKP, Medan : Merga
Silima, 1992
Siregar
Hetty, Nababan Indra, Gerakan Rakyat Merambat Karena Dihambat , Indonesia:
U.R.M, 2002
Sugiharsono,
dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta
: Kompas Gramedia, 2008
Tjahjani
Lily, dkk., Inovasi Mengahadpi Revolusi Industri 4.0 &
Masyarakat 5.0, Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020
Widiatmadja
Josep P., Yesus & Wong Cilik: Praksis
Diakonia Transpormatif dan Teologi Rakyat Indonesia,Jakarta: BPK Gunun
Mulia, 2010
Sumber lain:
/
https://www.sabda.org/sabdaweb/home/
Alkitab
Sabda, Interlinear Greek online
Alkitab
Pedia online tafsiran 2 Korintus 8:1-15.
[1] Alkitab Sabda, Interlinear Greek
online/ https://www.sabda.org/sabdaweb/home/
[2] ibid
[3]Kartapradja, Kamil, aliran
kebatinan dan kepercayaan di indonesia, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1986), 1-2.
[4] Bukan Materi Pelengkap Penataran,
Koordinator Team Pembinaan Penatar dan Bahan Penataran Pegawai RI, Jakarta,
1978, 138.
[5] Alkitab Sabda, Interlinear Greek
online/ https://www.sabda.org/sabdaweb/home/
[8]Hetty Siregar, Indra Nababan,
Gerakan Rakyat Merambat Karena Dihambat , (Indonesia: U.R.M, 2002), 147.
[9] Paulus Purwoto dkk, Aktualisasi Amanat Agung di Era Masyarakat
5.0, Vol.6 Nomor 1, Oktober 2021, 324-325.
[10] Muhamad Basyrul Muvid, dkk., Strategi
dan Metode Pembelajaran Era Society 5.0 di Perguruan Tinggi, (Jawa Barat:
Goresan Pena, 2016), 1.
[11] Lily Tjahjani, dkk., Inovasi Mengahadpi Revolusi Industri 4.0 &
Masyarakat 5.0 (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020), 4.
[12] Frederick K. C. Price, Cara Iman Bekerja, (Jakarta: Yayasan
Perkabaran Injil), 7.
[15] J.L.Ch. Abineno, Diaken, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003), 5.
[16] Joachim Jeremias, New Testament Theology, (New York, Charles Scribner’s Sons, 1971), 96.
[17] Dr.J.L.Ch. Abineno, Diaken, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003), 2.
[18] Josep P. Widiatmadja, Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia
Transpormatif dan Teologi Rakyat Indonesia,(Jakarta: BPK Gunun Mulia,
2010), 26.
[19] Alkitab Pedia online tafsiran 2
Korintus 8:1-15.
Post a Comment