wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Teologi Keseimbangan dalam Masyarakat


 Menggali Teologi Keseimbangan dalam Kaitan Kepercayaan dan Aksi Sosial dalam Masyarakat 5.0

I.                   Pembahasan 

1.1.Pengertian-pengertian

1.1.1.      Pengertian Keseimbangan

Keseimbangan dalam bahasa Yunani “ee-sot’-ace”, kata ini berasal dalam proporsi pengkondisian dengan defenisi kata equality (persamaan), fairness (keadilan), what is equitable? (apa itu adil?). Kata keadilan ini diambil dari 2 Korintus 8:14.[1]

1.1.2.      Kepercaayan

Kepercayaan dalam bahasa Yunani “dee-ah’  kata ini bersumber dari sebuah preposisi utama yang menunjukkan suatu tindakan, dengan defenisi kata through (melalui), dasar atau alasan di mana sesuatu dilakukan atau tidak dilakukan. Kata ini diambil dari Filipi 3:9.[2]

Kata “kepercayaan” secara etimologis (pengetahuan tentang seluk beluk dan pergeseran arti kata-kata)[3] :

1.      Iman kepada agama, maksudnya kepercayaan yang berkenaaan dengan agama.

2.      Anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepercayaan bahwa dewa-dewa, orang-orang halus itu benar-benar ada atau  sungguh ada.

3.      Dianggap benar dan jujur, misalnya “orang kepercayaan” adalah orang yang berprilaku benar dan jujur.

4.      Setuju kepada kebijaksanaan pemerintah atau pengurus.

Selanjutnya kata kepercayaan menurut istilah (terminologi) yang ada di Indonesia dewasa ini ialah kepercayaan (keyakinan) terhadap Tuhan Yang Maha Esa di luar agama dan bukan agama baru, melainkan bagian dari kebudayaan nasional.[4] Dari arti kosakata tersebut, maka pengertian kepercayaan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Kepercayaan berdasarkan agama yang disebut “iman”, kepercayaan berdasarkan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang disebut “aliran kepercayaan”.

 

1.1.3.      Aksi Sosial (Pelayanan Kasih atau Diakonia Sosial)

Pelayanan kasih dalam bahasa Yunani “khar’-ece”, defenisi kata ini adalah grace (berkah), yang memberikan kegembiraan, kesenangan, kemanisan, pesona, keindahan: keanggunan berbicara. Kata ini diambil dari 2 Korintus 8:6.[5] Kata “Diakonia” secara harafah berarti “memberi pertolongan atau pelayanan”. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yaitu diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), diakonos (pelayanan). Diakonia mencakup arti yang luas, yaitu semua pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus di jemaat untuk membangun dan memperluas jemaat mereka yang di panggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa.[6] Sedangkan Sosial merupakan dimana orang-orang menjalin kontak dan berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan dan yang terpenting dalam interaksi sosial adalah timbal balik.[7] Maka diakonia sosial dapat diartikan sebagai pelayanan yang dilakukan kepada semua orang dalam menjalin hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain sehingga terjadi hubungan timbal balik.[8]

1.1.4.      Masyarakat 5.0

Masyarakat era 5.0 adalah sebuah konsep yang dibangun dengan berpusat pada manusia (humanistic centered) dan berbasis teknologi. Peran manusia diarahkan kepada optimalisasi perkembangan teknologi guna menciptakan ruang kemanusiaan yang lebih bermakna. Era masyarakat 5.0 memiliki ciri yang tidak jauh berbeda dengan era industrialisasi 4.0. Pada era masyarakat 5.0 manusia diharapkan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan teknologi demi  mencapai kesejahteraan yang utuh dari manusia itu sendiri.[9] Society 5.0 menitikberatkan pada peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) disegala sendi, khususnya pendidikan. Pendidikan merupakan tulang punggung peradaban di setiap lini masa. Pendidikan juga menjadi sentra untuk mencetak SDM unggul agar bisa bersaing di Society 5.0.[10] Dalam menghadapi society 5.0 masyarakat harus siap beradaptasi dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Sehingga masyarakat 5.0 dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi insutri 4.0 seperti internet on things (internet untuk segala sesuatu), big data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.[11]

1.2.Teologi Keseimbanagan dalam Kaitan Kepercayaan dan Aksi Sosial Masyarakat 5.0

Iman dan kepercayaan adalah dua kata yang seringkali digunakan secara terpisah ataupun berpadanan. Iman kadangkadang diibaratkan sebagai salah satu sisi dari uang logam. Sebagai mana pendapat Price yang mengatakan, “Iman adalah satu sisi dari uang logam.”[12] Dua kata tersebut sering muncul di dalam Alkitab. Jumlah iman pada Alkitab Terjemahan Baru baik PL dan PB adalah 170 kata dalam 154 ayat.

Dalam 2 Korintus 8:1-15, pasal ini berisi petunjuk-petunjuk mengenai pengumpulan persembahan bagi orang percaya yang miskin di Yerusalem. Kata-kata Paulus berisi pengajaran yang paling lengkap tentang pemberian orang Kristen yang terdapat dalam prinsip-prinsip yang diberikan disini menjadi pedoman bagi orang percaya dan jemaat sepanjang masa. Karya dalam kemurahan, di dalam pasal ini menyiapkan prinsip-prinsip dan janji-janji penting yang menyangkut pemberian orang Kristen yang pertama kita ini ialah, apapun yang kita punyai dipegang sebagai sesuatu yang dipercayakan Tuhan kepada kita di ayat 5. Dan yang kedua adalah dasar dalam hati kita untuk hidup bagi Allah dan bukan untuk uang ini bisa kita lihat juga di ayat 5 dan di dalam Matius 6:24, yang ketiga adalah kita memberi untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuan ini bisa kita lihat di ayat 14, 9:12; Ams. 19:17; Gal. 2:10. Meluaskan Kerajaan Allah (1 Korintus 9:14, Filipi 4:15-18), menyimpan harta di sorga (Matius 6:20; Lukas 6:32-35), dan belajar takut akan Tuhan. Hal memberi itu harus menurut pendapat kita (ayat 3,12; 1 Kor. 16:2). Hal memberi itu dipandang sebagai suatu bukti dari kasih kita (ayat 24) dan harus dilakukan sebagai pengorbanan (ayat 3) dan dengan sukarela (9:7)  Dengan memberi kepada Allah, kita tidak saja menaburkan uang, melainkan juga Iman, waktu, pelayanan. Dengan demikian kita akan menuai iman dan berkat yang lebih besar (ay 5; 9:6; 10-12). Ketika Allah menyediakan kelimpahan, itu adalah supaya kita dapat melipatgandakan perbuatan baik kita (9:8; Ef. 4:28). Hal memberi peningkatan penyerahan kita kepada Allah Matius 6:21 dan mengaktifkan pekerjaan Allah dalam keadaan keuangan kita Lukas 6:38.

Diakonia merupakan istilah penting dalam Perjanjian Baru yang ditunjukkan untuk Gereja sehubungan dengan pelayanan kepada jemaat. istilah tersebut mencakup semua bentuk pelayanan sabda, sakramen dan bantuan material. Tugas dan panggilan sebagai diakonia atau pelayanan  telah dilaksankan oleh kelompok para rasul. Tugas dan panggilan sabagai palayan bukan menjadi tugas atau tanggung jawab para pemimpin saja, bukan pula tugas para kaum tertahbis, melainkan tugas semua kaum beriman. Semangat diakonia terungkap dan terlaksana dalam persaudaraan yang dibangun di antara anggota jemaat. Persaudaraan sejati secara nyata diwujudkan dalam tindakan bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Mereka menjual segala miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan kebutuhan setiap orang (Kis. 2:44-45; 4:32-47). Diakonia berarti kesediaan untuk saling melayani sebagai sikap dasar penikut-pengikut Yesus (bdk. Yoh 13:12-17). Dalam hal ini, pelayanan itu diberikan khusunya kepada mereka yang disingkirkan atau dikucilkan dari masyarakat dengan melakukan pekerjaan kasih dan berjuang demi keadilan dan kedamaian. [13] Perjanjian Baru juga memakai kata Diakonia untuk mengartikan pelayanan menghidangkan makanan dan minuman bukan hanya dalam bentuk pelayanan hamba kepada tuannya saja, akan tetapi kata Diakonia dipakai juga untuk pelayanan tuan kepada hambanya dan pelayanan antar sesamanya (bnd. Mat. 4:11; Mrk. 1:31; Luk. 10:40, 12:37; Yoh. 2:5). Jelaslah bahwa kata Diakonia dalam arti pelayanan makanan dan minuman itu telah dipakai secara luas dalam masyarakat termasuk orang-orang Kristen pada jemaat purba.[14]

Diakonia dalam Perjanjian Baru dapat dilihat dalam kitab-kitab Injil. Salah satu nas penting tentang diakonia dalam kitab-kitab Injil ialah Matius 22: 34-40, yang memuat jawaban Yesus kepada orang-orang Farisi yang mau mencobainya: dimana Yesus mengatakan untuk mengasihi Allah dan sesama manusia. Kasih kepada Allah justru mau dinyatakan dalam kasih kepada sesama manusia. Dan dinyatakan secara konkret: bukan dalam perasaan dan dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan kasih dan keadilan. Tugas untuk mmberi dan melayani ini sangat kuat terdengar dalam khotbahnya tentang penghakiman yang terakhir (Mat 25: 31-46). Di situ Yesus mengidentifisikan dirinya dengan saudara-saudaranya yang paling hina, dan siapa yang melayani orang-orang ini dia melayani Yesus. Dari khotbahnya ini nyata betapa luasnya tugas Jemaat dalam bidang diakonat.[15]

 

1.3.Refleksi Teologis Terhadap Masyarakat 5.0

Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat moderen yang dalam kehidupannya dipengaruhi oleh banyak sekali aspek. Perkembangan teknologi dan pesatnya perkembangan pengetahuan membuat banyak secali cara berpikir dari setiap orang berubah. Terkusus dalam keaadaan saat ini terdapat banyak hal yang membuat kehiduapan beragama, bermasyarakat serta berkehidupan sosial menjadi tidak setara. Terkusus orang-orang yang dapat dikatakan sebagai Gaptek (kurangnya pemahan tentang teknologi) banyak sekali ketinggalan baik di dalam meningkatkan kualitas SDM serta perkembanagan perekonomian. Akibatnya adalah timbulnya ketidak seimbangan yang dapat menimbulkan polemik yang sangat besar. Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk saling memperlengakapi. Dalam Galatia 6:2 dikatakan “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Saling menolong dapat mengembalikan ketidak seimbanggan yang terjadi di dalam masyarakat 5.0.

Yesus Kristus merupakan norma dalam pelayanan Gereja. Maka Gereja harus melayani seperti Yesus melayani. Keistimewaan pelayanan Yesus berpusat Kerajaan Allah (Mrk 1:15,  Mat 4:23; 9:35, Luk 4:43; 8:1).[16] Berdasarkan sikap Yesus yang melayani, Yesus juga menugaskan murid-muridnya untuk saling melayani dan untuk bermurah hati, sama seperti Bapa di Sorga (Luk 6:36). Dalam kerangka perumpaan tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37). Siapa yang mengikut Yesus, ia harus bersedia memberi dan melayani, sama seperti yang Yesus lakukan dalam hidupNya.[17] Dalam Perjanjian Baru Yesus dengan tegas mengajarkan kepada murud-muridnya untuk memberi perhatian pada oran miskin, bahkan pelayanan Yesus memberikan perhatian khusus kepada orang-orang miskin, orang-orang yang terasing, yang lapar dan sakit dengan cara menyembuhkan dan memberdayakan mereka. Injil yang disampaikan Yesus merupakan kabar baik untuk orang miskin. Injil ini memang merupakan kabar baik dan sukacita untuk semua orang, tetapi fokus Allah melalui sejarah dan Yesus Kristus adalah memberitakan kabar baik kepada oran miskin yan disebut anawim yaitu mereka yan tidak berdaya baik secara sosial ekonomi maupun politik.[18]

Dalam 2 Korintus 8:1-15 Paulus mendorong supaya jemaat di Korintus mau mendukung pelayanan jemaat di Yerusalem. Paulus terlebih dahulu memberikan contoh kondisi jemaat lain yaitu jemaat Makedonia, yang hidup menderita dan sangat miskin dalam harta, tetapi dalam hal kasih mereka sangat kaya. Mereka dapat memberikan bantuan yang melebihi kemampuan mereka (1-5).Kemudian Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka adalah jemaat yang kaya dalam segala sesuatu maka seharusnya juga kaya dalam berbagi kasih (7). Sebenarnya jemaat Korintus sudah berkomitmen untuk membantu jemaat di Yerusalem, tetapi mereka lalai (10-11). Mengapa Paulus meminta mereka melakukan pelayanan kasih ini? Pertama, harta milik kita adalah karunia Tuhan. Jika kita mampu memberi, itu adalah anugerah karena belum tentu semua orang bisa memberi (1-5). Kedua, memberi harus belajar dari apa yang Tuhan telah lakukan, yaitu Kristus yang kaya menjadi miskin agar kita yang miskin menjadi kaya (9). Ketiga, memberi harus atas dorongan kasih, bukan karena perintah atau paksaan (11-12). Keempat, pemberian kita dimaksudkan supaya ada keseimbangan yaitu tidak berlebihan dan tidak kekurangan serta diantara sesama jemaat ada kerinduan untuk saling melengkapi (13-15). Dari jemaat Makedonia, kita perlu belajar bahwa memberi bukan semata-mata karena kita kasihan kepada orang lain. Memberi juga bukan karena kita sudah merasa berlebihan, melainkan karena mengikuti teladan Kristus di dunia ini agar terjadi keseimbangan. Seimbang berarti seirama dalam perbedaan. Yang satu tidak merasa lebih dari yang lain. Karena itu, mari kita renungkan dan menghitung berkat Tuhan yang sudah kita terima. Mulailah berdoa dan mencari informasi kemanakah kita dapat menyalurkan sebagian berkat Tuhan yang telah kita terima supaya tercipta keseimbangan dan kita pun terberkati melalui berbagi dalam kasih.[19]

II.                Kesimpulan

Teologi keseimbangan dalam kaitan kepercayaan dan aksi sosial dalam masyarakat 5.0 memberikan kesimpulan antara lain:

1.      Adanya masyarakat yang masih tertindas di tengah-tengah perkembangan zaman.

2.      Firman Tuhan sebagai penerang jalan untuk mereka yang tertindas

3.      Firman Tuhan sebagai pemberi pemahaman  untuk mencerminkan Kristus dalam setiap manusia dengan saling peduli dan tolong menolong seperti yang tertilis dalam Galatia 6:2

4.      Di tengah-tengah perkembangan zaman banyak cara yang bisa dilakukan dalam menolong orang lain khusunya dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat

5.      Banyaknya muncul konten-konten Rohani yang membangaun di internet yang bisa semakin meningkatkan kepercayaan dan Iman.

III.             Daftar Pustaka

Abineno J.L.Ch., Diaken, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003

Bukan Materi Pelengkap Penataran, Koordinator Team Pembinaan Penatar dan Bahan Penataran Pegawai RI, Jakarta, 1978

Hutahaean Wendy Sepmady, Kepemimpinan Pastoral, Malang: Ahlimedia Press, 2021

Jeremias Joachim, New Testament Theology,  New York, Charles Scribner’s Sons, 1971

Kartapradja, Kamil, aliran kebatinan dan kepercayaan di indonesia, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1986

Muvid Muhamad Basyrul, dkk.,  Strategi dan Metode Pembelajaran Era Society 5.0 di Perguruan Tinggi, Jawa Barat: Goresan Pena, 2016

Noorsegraaf A., Orientasi Diakonia Gereja, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004

Price Frederick K. C., Cara Iman Bekerja, Jakarta: Yayasan Perkabaran Injil\

Purwoto Paulus dkk, Aktualisasi Amanat Agung di Era Masyarakat 5.0, Vol.6 Nomor 1, Oktober 2021

Sinuraya P., Diakonia GBKP, Medan : Merga Silima, 1992

Siregar Hetty, Nababan Indra, Gerakan Rakyat Merambat Karena Dihambat , Indonesia: U.R.M, 2002

Sugiharsono, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Kompas Gramedia, 2008

Tjahjani Lily, dkk.,  Inovasi Mengahadpi Revolusi Industri 4.0 & Masyarakat 5.0, Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020

Widiatmadja Josep P., Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transpormatif dan Teologi Rakyat Indonesia,Jakarta: BPK Gunun Mulia, 2010

Sumber lain:

/ https://www.sabda.org/sabdaweb/home/

Alkitab Sabda, Interlinear Greek online

Alkitab Pedia online tafsiran 2 Korintus 8:1-15.

 



[1] Alkitab Sabda, Interlinear Greek online/ https://www.sabda.org/sabdaweb/home/

[2] ibid

[3]Kartapradja, Kamil, aliran kebatinan dan kepercayaan di indonesia, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1986), 1-2.

[4] Bukan Materi Pelengkap Penataran, Koordinator Team Pembinaan Penatar dan Bahan Penataran Pegawai RI, Jakarta, 1978, 138.

[5] Alkitab Sabda, Interlinear Greek online/ https://www.sabda.org/sabdaweb/home/

                [6] A. Noorsegraaf, Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004), 2-5.

                [7] Sugiharsono, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2008), 164.

[8]Hetty Siregar, Indra Nababan, Gerakan Rakyat Merambat Karena Dihambat , (Indonesia: U.R.M, 2002), 147.

[9] Paulus Purwoto dkk, Aktualisasi Amanat Agung di Era Masyarakat 5.0, Vol.6 Nomor 1, Oktober 2021, 324-325.

[10] Muhamad Basyrul Muvid, dkk.,  Strategi dan Metode Pembelajaran Era Society 5.0 di Perguruan Tinggi, (Jawa Barat: Goresan Pena, 2016), 1.

[11] Lily Tjahjani, dkk.,  Inovasi Mengahadpi Revolusi Industri 4.0 & Masyarakat 5.0 (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020), 4.

[12] Frederick K. C. Price, Cara Iman Bekerja, (Jakarta: Yayasan Perkabaran Injil), 7.

                [13] Wendy Sepmady Hutahaean, Kepemimpinan Pastoral, (Malang: Ahlimedia Press, 2021), 16-17.

                [14] P. Sinuraya, Diakonia GBKP, (Medan : Merga Silima, 1992), 2.

[15] J.L.Ch. Abineno, Diaken, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 5.

[16] Joachim Jeremias, New Testament Theology,  (New York, Charles Scribner’s Sons, 1971), 96.

[17] Dr.J.L.Ch. Abineno, Diaken, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 2.

[18] Josep P. Widiatmadja, Yesus & Wong Cilik: Praksis Diakonia Transpormatif dan Teologi Rakyat Indonesia,(Jakarta: BPK Gunun Mulia, 2010), 26.

[19] Alkitab Pedia online tafsiran 2 Korintus 8:1-15.

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: