I. Pendahuluan
Saudara-saudari
yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Sering kali dalam kehidupan, kita merasa lelah, putus asa, dan ingin berhenti
melayani. Nabi Elia juga pernah mengalami keputusasaan yang sangat dalam,
hingga ia ingin mengakhiri hidupnya. Namun, Tuhan tidak membiarkan Elia
berhenti begitu saja. Tuhan memulihkan semangatnya dan memberinya tugas baru:
mengurapi Hazael, Yehu, dan memanggil Elisa untuk menjadi penerusnya.
Kisah dalam 1
Raja-raja 19:15-21 memperlihatkan bagaimana Elisa dipanggil untuk mengikuti dan
melayani Tuhan melalui tugas kenabian. Dari peristiwa ini kita belajar arti
kesetiaan dalam mengikuti dan melayani Tuhan.
II. Penjelasan Teks dan Latar
Belakang (Dikembangkan)
Perikop ini
merupakan kelanjutan dari kisah keputusasaan Nabi Elia setelah ia menghadapi
perlawanan dari Izebel dan para nabi Baal. Elia merasa sangat takut, lelah
secara fisik dan mental, dan bahkan meminta Tuhan untuk mengambil nyawanya (1
Raja-raja 19:4). Namun, Allah menunjukkan bahwa Dia belum selesai dengan Elia
dan bahwa pelayanan Elia masih diperlukan.
Mari kita telaah
bagian per bagian:
Ayat 15–16: Perintah Tuhan untuk Mengurapi Pemimpin
Baru
Allah tidak
menjawab keputusasaan Elia dengan membenarkan ketakutannya, tetapi dengan
memberikan tugas baru. Ia
memerintahkan Elia untuk mengurapi tiga tokoh penting: Hazael sebagai raja Aram
(musuh Israel), Yehu sebagai raja Israel (pengganti Ahab), dan Elisa sebagai
nabi pengganti Elia.
Secara teologis,
ini menunjukkan bahwa:
·
Allah tetap bekerja di tengah kemerosotan moral dan
spiritual bangsa. Ketika Israel
menyimpang, Tuhan sedang menyiapkan pemimpin-pemimpin baru untuk pembaruan.
·
Allah berdaulat atas bangsa-bangsa, bukan hanya Israel. Hazael adalah raja dari bangsa
non-Yahudi, namun Allah tetap memakai dia dalam rencana-Nya.
·
Pelayanan kenabian adalah estafet, bukan milik satu orang. Allah sudah menyiapkan Elisa
untuk melanjutkan pekerjaan Elia. Ini menunjukkan kesinambungan dalam karya
penyelamatan Allah.
Ayat 17: Alat Penghakiman dan
Peneguhan Kehendak Allah
Ayat ini
menunjukkan bahwa ketiga tokoh yang diurapi akan berfungsi sebagai alat penghakiman Allah atas Israel yang
telah memberontak. Hazael dan Yehu akan menegakkan hukuman, sedangkan Elisa
sebagai nabi akan menyampaikan firman Tuhan.
Ini mengandung
makna teologis bahwa:
·
Tuhan bertindak adil dan benar dalam sejarah. Ia tidak membiarkan dosa tanpa tanggapan, tetapi
menyediakan jalan penghukuman sekaligus pemulihan.
·
Setiap pemimpin yang diangkat Tuhan memiliki fungsi
dalam rencana ilahi, bukan hanya
sebagai tokoh politik, tetapi sebagai alat kehendak-Nya.
Ayat 19: Elisa yang Dipanggil Saat Sedang Bekerja
Elia pergi dan
menemukan Elisa sedang membajak ladang dengan dua belas pasang lembu—menandakan
bahwa Elisa berasal dari keluarga yang cukup kaya. Saat Elia melemparkan
jubahnya kepada Elisa, itu adalah tindakan
simbolik yang sangat penting. Jubah kenabian adalah lambang otoritas
dan tanggung jawab, dan pelemparan jubah menunjukkan panggilan ilahi untuk
meneruskan tugas kenabian.
Catatan
penting:
·
Elisa tidak sedang mencari jabatan rohani,
tetapi Tuhan menemuinya di tengah pekerjaan sehari-hari. Ini mengajarkan bahwa
panggilan Tuhan bisa datang kepada siapa pun, kapan pun, di mana pun.
·
Elisa menyadari makna jubah tersebut—ia tidak
bertanya-tanya panjang, tetapi langsung menyatakan kesiapannya.
Ayat 20: Elisa Minta Berpamitan – Komitmen Pribadi
Elisa meminta
izin untuk berpamitan kepada ayah dan ibunya. Ini bukan tanda keraguan, tetapi
penghormatan terhadap orang tuanya. Elia menjawab dengan “Pergilah, tetapi
ingat apa yang telah kulakukan kepadamu.” Ini bisa dimaknai sebagai pengingat
bahwa panggilan Tuhan adalah serius dan menuntut totalitas.
Secara
teologis, ini mengajarkan bahwa:
·
Panggilan Tuhan tidak boleh ditunda terlalu lama. Elisa segera kembali dan menindaklanjuti panggilan
itu.
·
Tanggapan terhadap panggilan Allah melibatkan
pemutusan dari kehidupan lama.
Ayat 21: Elisa Meninggalkan Segalanya dan Mengikuti
Elisa
menyembelih lembunya dan membakar bajaknya. Ini bukan hanya pesta perpisahan,
tetapi tindakan simbolik yang sangat
dalam: ia membakar masa lalunya dan mempersembahkan segala miliknya
untuk mengikuti panggilan Tuhan. Tidak ada jalan kembali.
Setelah itu, ia
mengikuti Elia dan menjadi pelayannya—bukan
langsung menjadi nabi besar, tetapi menjadi murid dan pelayan terlebih dahulu.
Ini mencerminkan:
·
Kesediaan untuk belajar sebelum memimpin.
·
Rendah hati dalam pelayanan, meskipun berasal dari latar belakang yang berada.
III.
Penjelasan Teologis
- Panggilan Tuhan Bersifat Pribadi dan Berdaulat
Tuhan memanggil siapa yang Dia kehendaki, kapan pun dan di mana pun. Elisa tidak sedang di bait suci, tapi di ladang. Ini menunjukkan bahwa panggilan Tuhan bisa datang dalam keseharian hidup kita. - Tanggapan yang Radikal dan Total
Elisa tidak hanya meninggalkan ladangnya, tetapi juga membakar bajaknya dan menyembelih lembunya. Ini adalah simbol dari keputusan total: tidak kembali ke hidup lama. Teolog Karl Barth menyebut ini sebagai die Entscheidung – sebuah keputusan iman yang tidak bisa ditarik kembali. - Pelayanan adalah Tindakan Kesetiaan, Bukan
Popularitas
Elisa tidak langsung menjadi nabi besar. Ia pertama-tama menjadi pelayan Elia (ay. 21). Ini mengajarkan bahwa kesetiaan dalam hal-hal kecil adalah dasar dari pelayanan yang sejati. - Pelayanan Ada dalam Rangka Rencana Allah yang
Lebih Besar
Elia dan Elisa bukan pusat cerita; Allah-lah yang mengatur segalanya. Teologi Perjanjian Lama menekankan kedaulatan dan kesinambungan karya Allah dalam sejarah umat-Nya.
IV. Aplikasi
dan Refleksi
1. Panggilan
untuk Setia dalam Tugas yang Ada Sekarang
Apapun profesi atau tugas kita sekarang, Tuhan dapat memakai kita. Seperti
Elisa, kita harus siap ketika Tuhan memanggil, bahkan jika itu berarti
meninggalkan zona nyaman.
2. Mengikuti
Tuhan Memerlukan Pengorbanan
Mengikuti Tuhan bukan soal kenyamanan, tetapi pengabdian. Apakah kita siap
"membakar bajak dan menyembelih lembu", yaitu meninggalkan hal-hal
duniawi yang menghalangi pelayanan kita?
3. Belajar
Setia dalam Pelayanan Kecil
Kesetiaan dimulai dari hal kecil. Elisa belajar dari Elia sebelum akhirnya
menjadi nabi besar. Apakah kita juga setia dalam tanggung jawab kecil yang
Tuhan percayakan?
V. Penutup
Saudara-saudari,
Elisa adalah teladan bagi kita: ketika Tuhan memanggil, ia menjawab dengan
kesetiaan dan totalitas. Dunia saat ini menuntut kenyamanan dan keuntungan
pribadi, tapi Tuhan memanggil kita untuk hidup dalam kesetiaan dan pelayanan.
Marilah
kita, seperti Elisa, menjawab panggilan Tuhan dengan komitmen yang total dan
hidup yang dipersembahkan sepenuhnya bagi kemuliaan-Nya.
Post a Comment