wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t

Khotbah Minggu 21 September 2025


Mazmur 24:1-10 dengan tema “Tuhan Semesta Alam Dialah Raja Kemuliaan”

 

Pendahuluan

Mazmur 24 adalah sebuah mazmur yang berakar dalam pada kehidupan liturgis Israel, khususnya dalam konteks perayaan iman yang mengingatkan umat tentang siapa yang sesungguhnya berdaulat atas dunia. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini sering dikaitkan dengan perayaan masuknya tabut perjanjian ke Yerusalem pada masa Raja Daud. Latar sejarah tersebut memperlihatkan bagaimana umat Israel melihat Allah bukan hanya sebagai Allah yang hadir di tengah-tengah mereka, tetapi juga sebagai Raja yang menguasai seluruh jagat raya. Dengan demikian, mazmur ini berfungsi sebagai deklarasi iman yang menegaskan kehadiran Allah yang berdaulat.

Mazmur ini menampilkan relasi yang erat antara kosmologi, liturgi, dan teologi kerajaan Allah. Pada masa kuno, bangsa-bangsa lain pun memiliki pemahaman tentang dewa pelindung kota, tetapi Israel menegaskan bahwa Allah mereka tidak terbatas pada ruang tertentu. Pernyataan “kepunyaan TUHANlah bumi serta segala isinya” merupakan deklarasi iman yang melampaui sekadar klaim religius, melainkan sebuah penegasan kosmologis bahwa hanya TUHAN yang adalah Pencipta dan Pemilik seluruh ciptaan. Oleh karena itu, pemahaman ini membedakan iman Israel dengan praktik keagamaan bangsa sekitarnya.

Tema besar yang diusung dalam Mazmur 24 ini adalah pengakuan bahwa TUHAN adalah Raja Kemuliaan, bukan dalam pengertian politik duniawi, melainkan Raja yang berdaulat atas ciptaan dan sejarah manusia. Mazmur ini menuntun pembaca untuk memahami bahwa kerajaan Allah bersifat universal, kudus, dan penuh kemuliaan, sehingga hanya mereka yang murni dan benar dapat menghadap-Nya. Dengan cara itu, mazmur ini menghubungkan iman umat dengan tanggung jawab etis dan moral dalam kehidupan. Untuk itu, tema sentral mazmur ini menegaskan: Tuhan Semesta Alam adalah Raja Kemuliaan.

Penjelasan Teks

Ayat 1-2 membuka mazmur dengan suatu pernyataan yang kuat bahwa seluruh bumi dan segala yang ada di dalamnya adalah milik TUHAN. Penekanan pada ciptaan langit, bumi, dan laut menunjukkan bahwa TUHAN adalah Pencipta sekaligus pemelihara kosmos. Dalam konteks budaya kuno, bangsa-bangsa sekitar Israel sering memandang laut sebagai lambang kekacauan kosmik yang ditakuti, tetapi mazmur ini menegaskan bahwa bahkan laut pun berada di bawah kuasa Allah. Hal ini memperlihatkan keunikan iman Israel yang tidak menuhankan kosmos, melainkan melihat Allah sebagai pemilik absolut atas ciptaan. Dengan demikian, teks ini menjadi landasan teologis tentang Allah yang transenden sekaligus imanen dalam ciptaan.

Ayat 3-4 kemudian mengajukan pertanyaan retoris: siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan dan siapa yang boleh berdiri di tempat kudus-Nya? Pertanyaan ini menegaskan bahwa akses menuju Allah bukanlah hal yang sembarangan, melainkan membutuhkan kesucian. Jawabannya jelas: hanya orang yang bersih tangannya dan murni hatinya. Di dalam konteks keagamaan Israel, hal ini berarti bahwa ibadah tidak dapat dipisahkan dari moralitas dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemurnian hati dan keadilan hidup menjadi syarat utama untuk masuk ke hadapan Raja Kemuliaan.

Ayat 5-6 menunjukkan bahwa orang-orang yang murni hatinya akan menerima berkat dan keadilan dari Allah. Dalam bahasa Ibrani, “berkat” di sini tidak hanya merujuk pada berkat materi, melainkan pada relasi yang benar dengan Allah. Kata “keadilan” juga menegaskan karakter Allah yang kudus dan adil dalam relasi-Nya dengan umat manusia. Secara historis, hal ini berkaitan dengan kehidupan umat perjanjian yang dipanggil untuk hidup berbeda dari bangsa-bangsa sekitar. Maka dari itu, syarat kesucian bukanlah beban legalistik, melainkan panggilan untuk hidup sesuai dengan karakter Allah.

Ayat 7-8 menghadirkan gambaran liturgis berupa seruan agar pintu-pintu gerbang terbuka lebar untuk Raja Kemuliaan. Banyak tafsiran melihat hal ini sebagai liturgi prosesi masuknya tabut perjanjian ke Yerusalem. Dalam budaya Timur Dekat kuno, gerbang kota memiliki makna simbolis sebagai tempat pertemuan antara dunia profan dan dunia sakral. Dengan menyapa gerbang, mazmur ini menekankan bahwa kehadiran Allah bukanlah sesuatu yang biasa, melainkan sebuah momen penuh kemuliaan yang mengubah realitas kota dan umat. Dengan demikian, gambaran ini menekankan kemuliaan Allah sebagai Raja yang masuk ke dalam kehidupan umat.

Seruan “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” dalam ayat 8 merupakan bentuk dialog liturgis yang sering terjadi dalam ibadah Israel. Jawabannya: “Tuhan, jaya dan perkasa, Tuhan perkasa dalam peperangan.” Dalam konteks politik dan budaya, Israel sering menghadapi bangsa-bangsa yang lebih besar dan kuat secara militer. Namun, mazmur ini menegaskan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari tentara atau senjata, melainkan dari TUHAN yang berperang bagi umat-Nya. Oleh karena itu, mazmur ini juga menjadi nyanyian iman dalam menghadapi ancaman politik dan militer.

Ayat 9-10 mengulangi seruan yang sama dengan intensitas lebih kuat, menegaskan bahwa Raja Kemuliaan itu adalah TUHAN Semesta Alam. Pengulangan ini memiliki fungsi liturgis sekaligus pedagogis: untuk menanamkan keyakinan mendalam bahwa tidak ada kuasa lain yang setara dengan Allah. Frasa “TUHAN semesta alam” (YHWH Tsebaoth) adalah gelar yang menekankan Allah sebagai penguasa atas bala tentara surgawi sekaligus bumi. Konsep ini menunjukkan supremasi Allah atas segala kekuatan kosmik, politik, dan militer. Dengan demikian, mazmur ini menutup dengan pengakuan iman yang universal.

Jika dilihat dari sisi penulis, Mazmur ini sering dikaitkan dengan Raja Daud, meskipun redaksi finalnya mungkin sudah digunakan dalam liturgi Bait Suci di kemudian hari. Penulis memanfaatkan bentuk puisi Ibrani yang kaya dengan paralelisme untuk menyampaikan pesan teologis. Para pembaca pertama mazmur ini adalah umat Israel yang sedang merayakan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. Dengan demikian, teks ini bukan sekadar karya sastra, tetapi juga dokumen iman yang hidup dalam pengalaman ibadah umat.

Dalam konteks politik, mazmur ini juga dapat dibaca sebagai pernyataan ideologis yang melampaui kekuasaan raja duniawi. Pada masa kerajaan Israel, raja sering dipandang sebagai wakil Allah di bumi. Namun, Mazmur 24 menegaskan bahwa kemuliaan bukan milik manusia, melainkan hanya milik Allah. Hal ini mengoreksi kecenderungan absolutisme politik dan menempatkan Allah sebagai satu-satunya Raja. Dengan demikian, mazmur ini memiliki fungsi profetis untuk menjaga umat agar tidak menuhankan kuasa politik.

Secara historis-teologis, para penafsir melihat Mazmur 24 sebagai nyanyian eskatologis yang menunjuk pada kedatangan Allah di akhir zaman. Dalam tradisi Kristen, mazmur ini sering dikaitkan dengan kedatangan Kristus yang mulia sebagai Raja. Gambaran pintu-pintu yang terbuka dihubungkan dengan kebangkitan Kristus yang mengalahkan kuasa maut. Oleh karena itu, mazmur ini memiliki resonansi yang kaya dalam perkembangan iman, dari liturgi Israel kuno hingga teologi Kristiani.

Refleksi bagi Masa Kini

Bagi umat masa kini, Mazmur 24 mengingatkan bahwa kehidupan beriman tidak dapat dilepaskan dari pengakuan akan Allah sebagai Raja. Dunia modern sering kali menempatkan kekuasaan manusia, teknologi, dan kapital sebagai pusat kehidupan. Namun, teks ini mengajak kita kembali untuk menegaskan bahwa hanya TUHANlah pemilik sejati dunia. Dengan demikian, umat dipanggil untuk hidup dalam kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah.

Selain itu, mazmur ini menekankan pentingnya kesucian hati dan hidup dalam keadilan sebagai syarat perjumpaan dengan Allah. Hal ini sangat relevan di tengah krisis moral dan spiritual zaman sekarang, ketika banyak orang beribadah secara ritual tetapi mengabaikan aspek etis kehidupan. Dengan menegaskan bahwa Tuhan semesta alam adalah Raja Kemuliaan, umat Kristiani diundang untuk menyelaraskan ibadah dengan etika kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Mazmur 24 menjadi panggilan profetis agar umat hidup kudus, adil, dan setia, karena hanya dengan itulah kita dapat menyambut Raja Kemuliaan. Amin

Post a Comment

silakan Komentar dengan baik
Total Pageviews
Times/ Waktu
Waktu di Kota Medan: